back to blog

Cara Menghadapi Quarter Life Crisis Tanpa Stres

Kehidupan manusia dewasa bukan hanya tentang mengejar status sosial seperti kemapanan finansial dan jabatan semata.

Ada hal lain seperti kemampuan self-governance yang sangat substansial. Dengan self-governance yang baik, seseorang akan mampu menumbuhkan ketahanan (resilience) terhadap tantangan yang muncul dalam kehidupan.

Melalui tulisan ini, aku ingin membagikan pengalamanku mendesain self-governance system sehingga aku bisa menghadapi quarter life crisis tanpa stres.

1. Mengenali dan Menjiwai Diri Sendiri

Satu hadiah terbaik yang bisa kamu persembahkan kepada dirimu di hari tua adalah jiwa yang tenang disertai dengan pemahaman tentang tujuanmu hidup di dunia ini. Dengan jiwa yang tenang, kamu akan lebih mudah berdamai dengan kehidupan. Kamu akan menjadi hamba yang baik bagi Tuhanmu. Serta menjadi pasangan, orang tua, teman, saudara, dan rekan kerja yang lebih baik untuk sekelilingmu. Untuk itu, salah satu investasi terbaik di awal usia 20an yang bisa kamu lakukan adalah mengenali dan menjiwai dirimu sendiri.

Langkah awal yang dapat kamu ambil adalah menuliskan semua pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam pikiranmu.

Kemudian, setiap hari kamu akan membaca pertanyaan-pertanyaan itu, menganalisa serta menjawab dengan sejujur-jujurnya. Karena hanya dengan cara itu, kamu akan lebih mudah untuk mengenali dan menjiwai dirimu sendiri. 

Contoh pertanyaannya dapat berupa:

  • sebagai manusia, sifat universal apa saja yang kamu miliki?
  • sifat khusus apa saja yang ada dalam dirimu yang terbentuk sejak kecil hingga saat ini?
  • apakah kamu memiliki luka batin dan trauma selama ini?
  • apa yang menjadi tujuan hidupmu di dunia?
  • apakah kamu memiliki sisi gelap? apa saja sisi gelapmu?
  • apakah kamu sudah dikelilingi orang-orang yang tepat?
  • bagaimana kamu merespon seseorang dalam berbagai situasi? 
  • adakah sosok yang membuatmu bahagia saat bicara dengannya? apa alasannya?

Lakukanlah kegiatan bertanya kepada diri sendiri ini sesering mungkin. Jika kamu belum menemukan jawabannya, ulanglah terus-menerus.

Dengan membiasakan diri menuliskan pertanyaan-pertanyaan seperti itu, perlahan kamu akan menemukan benang merah dari jawaban-jawabanmu. Hal tersebut akan membantu kamu dalam menyusun strategi untuk menghadirkan solusi dari masalah di hidupmu.

2. Membangun dan Menjaga Self-Image

Selanjutnya, ada hal lain yang tak kalah penting, yakni membangun citra diri (self-image) yang kuat agar tidak mudah dimanipulasi dan stres saat menghadapi tantangan di awal usia 20an. Karena salah satu penyumbang stres terbesar dalam hidup seseorang adalah karena rendahnya self-image akibat terlalu menghargai validasi dan opini orang lain. 

Memiliki self-image yang baik akan membuatmu menjadi seseorang yang tidak haus akan validasi dari orang lain. Dengan begitu, kamu tidak akan mudah dimanipulasi serta tidak kerap meminta persetujuan(approval) kepada manusia. 


Kamu akan fokus mengerjakan hal-hal yang sesuai dengan value hidupmu, berani memperjuangkan hak-hak pribadimu dan tidak menjadi people pleaser.

Baca Juga: Cara Hidup Tenang

3. Berhenti Melabeli Diri Sendiri

Mari kita ambil contoh melabeli diri sendiri, yakni label diri yang ramai diperbincangkan publik. Salah satunya adalah label introvert atau ekstrovert. Melabeli diri kamu dengan salah satunya, sama saja dengan memancing pikiranmu untuk mengasosiasikan diri dengan sifat dan perilaku yang berkorelasi dengan label tersebut. Hal itu akan membatasi ruang gerakmu. Salah satu ungkapan yang sangat powerful diungkapkan oleh Robert T. Kyosaki:

Pertanyaan membuka peluang, pernyataan menutupnya. 

Orang-orang yang terobsesi dengan satu label diri akan mengalami kesulitan. Ruang gerak, karakter serta perilaku mereka akan terbatas akibat adanya benteng pikiran imajiner yang mereka bangun sendiri. Hal itu akan mengakibatkan seseorang kehilangan keseimbangan dalam hidupnya. Karena pada hakikatnya, manusia tidak diciptakan untuk menjadi berat sebelah. Manusia diciptakan dalam keadaan tak terbatas. Manusia tidak perlu menjadi introvert saja atau ekstrovert saja, manusia bisa mengasah kedua karakteristik tersebut di dalam dirinya. Dua karakteristik telah menjadi fitrah manusia, dan kita dapat menggunakan kedua karakteristik tersebut dalam momentum yang tepat. 

4. Manajemen Pikiran Bukan Manajemen Waktu

Tanpa manajemen pikiran yang baik, manusia akan sulit memiliki manajemen waktu yang efektif dan efisien. Dibutuhkan pikiran yang jernih untuk menciptakan keteraturan dalam hidup.

Beberapa hal yang kulakukan untuk manajemen pikiran:

a. prinsip utama: jika sesuatu tidak akan berdampak bagi kehidupanmu lima tahun mendatang, jangan habiskan waktu lebih dari lima menit untuk memikirkannya.


b. selalu journaling atau menulis catatan harian dengan metode 3R (record, review, remove) record artinya mendokumentasikan segala hal, mulai dari apa yang kupikirkan, yang orang lain katakan, atau peristiwa penting dalam hidupku, dsb. kemudian, semua itu akan aku review alias kutinjau ulang dalam rangka memberi jeda sebelum aku melakukan aksi selanjutnya. yang terakhir adalah remove, bahwa aku akan mengeluarkan seluruh emosi dan perasaan negatif di buku harianku karena 98% manusia senang jika melihat manusia lain dapat masalah, hanya 2% yang peduli padamu. jadi, daripada bercerita dan berkeluh kesah kepada manusia lain, lebih baik kuungkapkan saja di buku harian. dengan begitu kamu akan terbebas dari overthinking, karena manusia hanya bisa menghancurkan dan mengendalikan apa yang mereka ketahui.


c. mulailah hidup teratur sesuai dengan fitrah kita sebagai manusia. jika bingung darimana harus memulai, mulailah dengan memperbaiki pola tidurmu. kenali kronotipemu, itu akan memudahkan kamu mengatur keseluruhan energimu setiap hari. selain itu pastikan kamu mengatur pola makan sehat dan jangan sampai defisiensi vitamin serta nutrisi, karena hal tersebut sangat berpengaruh kepada mood, fokus, dan kesehatan otak kita. jika kamu telisik lagi, obat-obatan yang menunjang kesehatan mental rata-rata berisi hormonal booster. karena memang salah satu pencetus stres adalah hormonal imbalance. oleh karena itulah, kita harus membiasakan diri hidup sehat.

5. Pelajari dan Kuasai Skill Bertahan Hidup

Poin ini tidak ditujukan kepada kamu yang akan menyewa ART. Poin ini ditujukan bagi kalian yang menyukai privasi dan berencana mengurus diri beserta tempat tinggalmu sendiri.

Everything is hard before it's easy. Di usiaku yang sekarang, aku dan suamiku belum membutuhkan jasa ART. pertama, kami menyukai privasi, kami tidak senang ada orang asing di rumah kami. kedua, aku dan pasangan mampu melakukan pekerjaan rumah bersama. Itu karena kami terbiasa melakukannya sejak remaja.

Jika kamu masih berada dalam rentang usia remaja, segera investasikan waktumu untuk mempelajari skill dasar bertahan hidup. Seperti halnya memasak, mencuci pakaian, menyetrika, mengurus rumah, merawat kendaraan, berbelanja dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Skill dasar tersebut tampak remeh, tetapi jika kamu tidak terbiasa dan dilakukan tanpa sistem yang baik, maka akan menyita waktu, pikiran, serta isi dompetmu di kemudian hari.

6. Pelajari Bagaimana Dunia Bekerja

Salah satu investasi terbaik yang kulakukan di awal usia 20an adalah mempelajari bagaimana dunia ini bekerja. Kamu bisa melakukannya dengan banyak membaca buku dan memperkaya referensi di bidang agama, bahasa, self-mastery, relasi kuasa, psikologi dan strategi. Jika kamu seorang muslim maka salah satu cara untuk mempelajari bagaimana dunia ini bekerja adalah dengan memperluas pengetahuan tentang tauhid, fitrah manusia, serta ilmu fiqh. Dengan ilmu-ilmu tersebut, kamu akan menjalani kehidupan quarter life yang minim tekanan, serta akan lebih memahami cara memposisikan dirimu dalam berbagai situasi.

7. Cari Lingkungan dan Koneksi Yang Mendukung

Jika kamu tidak menemukan orang yang dapat menginspirasi kamu di lingkaran terdekatmu, jangan ragu untuk mencarinya lewat internet, seperti halnya lewat media sosial, youtube, online course dan juga lewat buku-buku.

Aku menemukan banyak orang yang mengubah kehidupanku melalui youtube dan media sosial. Selain itu, kamu bisa mulai mengamati siapa saja orang-orang di lingkaran terdekatmu. 

Pengalamanku berteman dengan orang yang mudah stres, selalu mengeluh, narcissist, insecure lama kelamaan sifat-sifat negatif itu akan menular. 

Sehingga sejak saat itu, aku mulai tak segan untuk menyeleksi orang-orang yang menjadi temanku dan rekan kerjaku. Terbukti, kini, aku menjadi lebih bahagia menjalani kehidupan serta lebih produktif.

error: Content is protected !!