back to blog

Cara Hidup Tenang

Agar hidupku tenang, aku berhenti melakukan hal-hal berikut di usia 27:

1. Berhenti Takut Sendirian

Dulu aku takut sendirian, sekarang aku sudah berhenti takut merasa sendirian. Apalagi hanya sebatas takut tidak memiliki teman. Karena siapa aku? Memangnya aku Rabb yang bisa membolak-balikan hati manusia? 

Coba perhatikan! Cara Allāh mendatangkan manusia lain ke hidup kita itu benar-benar tak terduga. Kadang, pas kita lagi pengen sendirian aja, tiba-tiba suka muncul deh beberapa manusia yang datang menemui kita. Jadi, selama aku hidup 27 tahun, aku pasti bertemu dengan manusia lain. Beberapa di antara mereka jadi sahabat baikku, bahkan jadi jodohku. 

Selama bertahun-tahun, aku punya pengalaman berteman dengan orang yang salah. Karena aku mengalami friendship bias. Nanti akan kujelaskan di bagian selanjutnya. 

Dan ternyata, setelah aku berhasil memutuskan untuk memisahkan diri dari mereka. Sejak saat itu, sampai hari ini, Allāh mengubah diriku dan hidupku ke arah yang lebih baik. Allāh dengan kekuasaannya mengganti orang-orang tersebut dengan yang lebih baik. Ajaibnya, aku tidak perlu mencari. Mereka yang datang sendiri kepadaku.

Pada saat proses memisahkan diri dari orang-orang yang salah, aku menanyakan pertanyaan ini kepada diriku kalau sekarang aku takut sendirian, lalu bagaimana nanti ketika aku sudah meninggal dan harus menunggu di alam barzakh sampai hari kiamat datang?

Aku percaya, segala perasaan yang kita rasakan di dunia itu sebenarnya trial atau masa percobaan untuk kelak kita hidup di akhirat. Singkatnya, kita gak akan tahu surga itu nikmat, jika kita tidak pernah punya wawasan tentang kenikmatan di dunia.

Sama saja seperti sewaktu kita di alam rahim. Alam rahim adalah trial bagi kita sebelum sampai di dunia. Di rahim ibu, kita makan, pas di dunia kita, makan juga, kan? 

Nah, untuk itu sejak usia 25 tahun, aku sudah melatih diriku dengan mempelajari tauhid, psikologi, dan strategi agar aku lebih mahir mengelola diri saat sendirian. Untuk persiapan di alam barzakh nanti.

Karena, jika hidupku bukan kuhabiskan untuk persiapan menghadap Allāh, lalu untuk apa?

Pemikiran ini muncul karena aku adalah seorang muslim dan aku mengakui bahwa Islam adalah agamaku. Jika aku mengabaikan hal tersebut di dunia. Berarti aku harus mempertanyakan imanku kepada Allāh.

2. Berhenti Merasa Gabut dan Bosan

Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, aku sudah lupa rasanya bosan dan aku tidak pernah merasa gabut. Aku tidak pernah kehabisan ide untuk melakukan sesuatu. Tentu saja, aku selalu punya ide untuk melakukan sesuatu yang menyenangkan hatiku dan bermanfaat.

Apalagi dengan segala yang aku miliki dan perkembangan zaman yang semakin canggih.

Selain itu, aku juga memiliki prinsip. Jika aku bosan menghadapi diriku sendiri saat aku sendirian, berarti aku orang yang membosankan. 

Itu semua sudah kubuktikan. Orang yang sering mengeluh dan sering bosan dengan keadaannya, biasanya tidak asik dijadikan teman, karena sebenarnya dialah yang membosankan. Hehe.

3. Berhenti Mengeluh ke Manusia

Setelah selama 6 tahun terakhir, aku banyak menggunakan waktuku belajar psikologi dan strategi. Aku jadi lebih banyak menahan diri menceritakan keluhan dan masalahku kepada manusia lain.

Satu hal yang penting. Semua manusia punya sisi gelapnya masing-masing, bahkan diri kita juga memiliki itu. Itu sudah menjadi fitrah atau sifat alamiah manusia. Nah, kadang-kadang kita bisa punya rasa envy, kesal, kecewa kepada orang-orang terdekat kita.

Tapi, hubungan kita dengan orang-orang terdekat kita membuat kita memiliki relationship/friendship bias. Bias dalam hubungan atau dalam pertemanan ini artinya kita jadi selalu menganggap manusia yang paling dekat dengan kita itu baik. Layaknya malaikat. Tidak pernah salah dan tidak akan mencelakai kita. 

Misal, gak mungkinlah dia envy sama aku, dia kan sahabat baikku. Atau gak mungkinlah aku marah sama dia, dia kan saudaraku, nanti dosa. 

Tentu saja hal-hal semacam itu bisa saja berubah menjadi omong kosong, karena sahabat dan saudara kita juga cuma manusia biasa.

Artinya, teman, anak, orang tua, saudara, rekan kerja kita itu semua berpotensi mengeluarkan sisi gelap dirinya kepada kita. Apalagi kalau mereka belum paham ilmu psikologi dan rendah self-awareness. Mereka bisa saja secara sembunyi-sembunyi menyimpan envy, benci, kesal kepada kita—apapun alasan yang melatarbelakanginya.

Dan yang perlu diwaspadai dalam hidup ini adalah musuh yang tersembunyi. Oleh sebab itu, ada pepatah lama yang berbunyi aku bersikap baik kepada temanku, tetapi aku bersikap sepuluh kali lipat lebih baik kepada musuhku.

Artinya, teman terbaik kita sebenarnya adalah diri kita sendiri. Itulah kenapa self-awareness dan self-regulation menjadi penting. Di usia 27 tahun ini, aku lebih baik marah-marah sendiri atau menuliskan segala keluh kesahku di kertas dan membakarnya daripada harus kuceritakan kepada manusia lain.

Karena seperti diriku, manusia lain juga bisa punya kelemahan. Jadi, aku lebih baik melakukan 4 poin ini:

1. Marah langsung ke manusia punya kelemahan: manusia mudah sakit hati atau berpotensi menyebabkan dosa. Jika kita kesal dan marah-marah langsung di hadapan manusia lain (misalnya, teman, orang tua atau saudara) mereka bisa sakit hati. Terus ditambah jadi dosa pula. Terutama kepada orang-orang yang kuanggap tidak bisa menerima realita tentangku. Jadi, lebih baik journaling atau marah-marah sendiri, kan? Hehe.

2. Jika kita curhat ke manusia, ada kemungkinan curhatan kita mengandung muatan yang bisa dijadikan alat untuk mengendalikan kita. Karena di dalam curhatan terkandung kecenderungan kita terhadap sesuatu. Jika orang yang mendengarkan kita punya niat jahat / integritasnya rendah, hal-hal seperti apa yang kita suka dan apa yang kita benci, respon kita terhadap suatu emosi, bagaimana kita membawa diri kita saat kesulitan datang bisa digunakan untuk menggiring, menyulut, atau bahkan mempengaruhi kita. 

3. Pengalaman journaling selama enam tahun terakhir, membuktikan bahwa 80% curhatanku isinya adalah emosi sesaat. Jadi, bisa dibayangkan bahayanya jika aku curhatin itu ke orang lain. 

4. 98% manusia suka melihat kita punya masalah, 2% saja yang peduli pada kita. Tapi, aku lebih baik berusaha keras untuk tidak membebani yang 2%, karena aku mencintai mereka. 

Dari 4 hal di atas, 99% sudah aku jalani. Karena aku juga sudah memiliki mekanisme khusus untuk cleansing inner realm-ku. Jadi, meskipun sekarang aku lebih banyak mendengar, aku tidak tekanan batin. Ahaha.

4. Berhenti Insecure

Dulu aku sangat takut ditinggalkan, diejek, dimusuhi, dianggap sebelah mata. Aku insecure

Penyebab utamanya adalah aku merasa spesial. Seolah-olah orang lain akan peduli dengan kekuranganku atau ketika aku melakukan kesalahan. Padahal, orang-orang sibuk dengan masalah dan kekurangannya masing-masing. 

Kamu berharga, tapi kamu tidak sespesial itu (di mata manusia) sampai mengira banyak orang akan memperhatikan kesalahan dan kekuranganmu. Jadi, jika ada yang ingin kamu lakukan, lakukan sekarang!

Lagipula, since day one, waktu pertama kali aku lahir ke dunia yang notabenenya aku nggak bawa selembar kainpun. Allāh telah mendatangkan manusia kepadaku dan merawat segala kebutuhanku. Lalu, kenapa insecure? Insecure berarti meragukan bahwa Allāh akan mengatur hidupmu.

Tugas manusia dari sisi Allāh jauh lebih mulia daripada sekadar takut besok makan apa, atau takut besok kita bakal sendirian di dunia. Lagian kita juga belum tentu diperintahkan hidup sampai esok. 

Bahkan, Allāh pernah menghibur Rasulullāh lewat surat Al-An'am ayat 33. 

Intinya, kalau kita merasa dijahatin sama manusia. Jangan kegeeran atau terlalu percaya diri. Karena manusia itu sebenarnya bukan lagi mendzolimi kita, tapi dia sedang mendzolimi dirinya dengan cara mengingkari perintah Allāh untuk berbuat baik kepada sesama. Nah, bukan kebetulan Allāh memilih kita buat jadi perantaraNya.

Jika semua itu tidak membuat hatiku tentram, tentu aku harus mempertanyakan keimananku kepada Allāh.

Nah, pada akhirnya, itu semua yang bikin aku sembuh dari rasa cemas berlebihan dan low self-esteem. Sampai hari ini aku bisa hidup tenang dan bisa fokus melakukan banyak hal baru.

error: Content is protected !!