Mental Rehearsal: Latih Fleksibilitas Emosi
Definisi Mental Rehearsal
Mental rehearsal adalah aktivitas membayangkan, mengobservasi, dan merefleksikan pikiran dan suara hati (self-talk). Aktivitas ini dilakukan dalam rangka melatih diri untuk sebuah situasi yang akan dihadapi. Aktivitas ini terbukti meningkatkan kemampuan efikasi diri (self-efficacy) seseorang.
Self-efficacy atau efikasi diri merupakan kemampuan seseorang untuk mengukur kemampuannya dalam menyelesaikan tugas, meraih tujuan, dan mengatasi rintangan.1
Tak hanya meningkatkan efikasi diri, mental rehearsal juga berguna agar seseorang memiliki fleksibilitas emosi, sehingga tidak mudah dikendalikan, dikhianati, dan menjadi people pleaser.
Apa Manfaat Mental Rehearsal untuk Fleksibilitas Emosi?
Pertama, mental rehearsal dapat meningkatkan rasa percaya diri.
Hal ini terbukti jika seseorang harus masuk ke dalam situasi yang mengharuskannya bersosialisasi dengan banyak orang. Ingat! Rasa percaya diri bukan bawaan lahir. Rasa percaya diri terbentuk karena pengalaman dan kebiasaan.
Kedua, mental rehearsal membuat seseorang terbiasa mengendalikan ekspresi wajah dan kualitas suara.
Mental rehearsal bisa disebut juga latihan yang dilakukan seseorang untuk mengobservasi perasaan, pengaturan intonasi suara, serta melatih ekspresi wajahnya sendiri sebelum terjun ke situasi sosial. Apabila latihan ini sering dilakukan, maka akan membuat seseorang memiliki fleksibilitas emosi yang lebih baik saat bergaul di masyarakat.
Ketiga, mental rehearsal akan melatih seseorang untuk menjadi luwes (fluid) dalam bergaul.
Mental rehearsal menghadirkan fleksibilitas emosi dalam diri kita. Sehingga kita mampu berpikir jernih dan bertindak cepat ketika harus memahami orang lain dari POV mereka.
Dengan begitu, kita tidak akan terjebak pola pikir black and white serta akan lebih mudah memaafkan orang lain.
Keempat, menjadikan seseorang sulit dikendalikan orang lain.
Practice makes perfect, right? Mental rehearsal mengasah kita untuk selalu siap dalam segala situasi, sehingga kita tidak menjadi people pleaser.
Karena kita akan memiliki pembawaan yang lebih tenang, punya batasan atau boundaries yang tegas, serta mampu melihat niat atau intention lawan bicara.
Kelima, memberikan dorongan untuk terus belajar memahami dan menjiwai sifat-sifat alami manusia (human nature).
Semakin banyak referensi untuk mempelajari human nature, seseorang akan terlatih mengenali persona dan shadow diri sendiri dan lawan bicaranya.
Bagaimana Cara Melakukan Mental Rehearsal?
Mari bayangkan situasi sosial tertentu dan kamu terlibat di dalamnya. Tuliskan apa saja kemungkinan pertanyaan dan obrolan yang kira-kira akan terjadi.
Selanjutnya, lakukan observasi untuk setiap pertanyaan dan obrolan. Beri rating mulai dari yang mudah hingga sulit. Amati juga perasaanmu saat menerima pertanyaan tersebut. Masih sama, berikan rating mulai dari pertanyaan yang nyaman hingga tidak nyaman. Terakhir, latih juga cara kamu merespon semuanya.
Bahasa tubuh dan postur sering menjadi hal utama dalam setiap pertemuan antarmanusia. Meski begitu, nyatanya bahasa tubuh bisa dilatih. Oleh karena itu, jika menghadiri sebuah pertemuan penting, kamu wajib melatih bahasa tubuh, jabat tangan, dan posturmu.
Tak kalah penting, kontak mata juga menjadi salah satu hal yang perlu kamu latih dalam aktivitas mental rehearsal. Karena kontak mata memiliki kekuatan tersendiri dalam hubungan intrapersonal.
Mengapa poin ini menjadi penting? Nyatanya ahli komunikasi seperti Vinh Giang membuktikan bahwa dihadapan publik faktor-faktor seperti intonasi suara, tempo, jeda serta teknik pernapasan seseorang menunjukkan banyak hal. Di antaranya, keadaan emosionalnya, relasi kuasa yang ingin dibentuk, tingkat self-esteemnya, dan lain sebagainya.
Baca juga: Cara Hidup Tenang.
Penampilan, status, dan harta memang diperlukan untuk membangun integritas. Namun, ada yang lebih disegani daripada tiga faktor tersebut. Benar, takutlah kepada orang yang mengalami kesulitan sendirian dan dia tidak komplain.
Menurutku, itulah salah satu puncak mental rehearsal. Latihlah dirimu hingga ke level itu. Tentunya di dalam agama Islam, kuncinya adalah satu, yakni tauhid.
Terlebih lagi, puncak mental rehearsal tertinggi di dalam Islam adalah jika seseorang memiliki pemahaman tauhid dan fiqh secara mendalam. Jika seorang muslim menguasainya, dia akan menjadi optimis, unstoppable dan tidak bermental korban meskipun masalah yang dihadapinya sangatlah sulit.
1 baron & byrne, social psychology, 2011.