Apa yang dimaksud dengan personal monopoly?
Media sosial dan personal monopoly — Media sosial kini telah berkembang pesat di negara kita. Perkembangan ini telah menjadi sarana bagi sebagian besar orang untuk membagikan sisi otentik kehidupannya (authenticity) melalui cerita kepada dunia. Hal ini juga bisa membangkitkan potensi personal monopoly bagi setiap individu.
Personal Monopoly adalah istilah yang dipopulerkan oleh seorang pemilik sekolah menulis (writing school) bernama David Perell. Menurutnya, setiap individu memiliki keunikan, bidang spesialisasi, ide, serta minat tertentu yang dapat dikembangkan, sehingga bisa bermanfaat bagi orang lain dan individu itu sendiri. Namun, biasanya terkendala karena masalah komunikasi. Masalah komunikasi yang buruk dapat menyebabkan ide dan minat tadi tidak disampaikan dengan baik. Oleh karena itu, Perell mendirikan sekolah khusus bidang penulisan, dengan tujuan membantu setiap individu yang ingin mengkomunikasikan ide dan minatnya.
Dunia menghargai orang yang bisa mengkomunikasikan idenya, bukan orang yang hanya bisa menciptakan ide. Karena ide saja tidak akan berguna tanpa pengaplikasian.
Mungkin Anda bertanya-tanya: mengapa Perell mendirikan sekolah bagi para penulis? Jawabannya karena bidang penulisan adalah ujung tombak komunikasi digital. Semua konten digital, direncanakan mulai dari tulisan. Bahkan, untuk membuat sebuah video Youtube saja, seseorang pasti merencanakan script-nya terlebih dahulu. Seseorang membagikan cerita hidupnya melalui status di Twitter, berjualan dengan caption menarik di Instagram, membagikan pengalaman melalui Blog, atau mengajak berkomunitas melalui grup Facebook.
Seiring berkembangnya dunia pemasaran digital (digital marketing), profesi penulis kini juga tidak bisa dianggap sebelah mata. Oleh karena itu, jika Anda hobi menulis, bercerita, atau berminat untuk menjadi penulis, inilah era keemasan Anda.
Sebagian dari Anda mungkin bertanya-tanya, mengapa ada orang yang sangat giat mempelajari dunia penulisan, mengambil kuliah sastra, informasi teknologi dan marketing, belajar membangun web dan aplikasi sendiri, hingga menjadi giat membangun citra di media sosial melalui personal branding?
Jawabannya karena hal tersebut merupakan keterampilan-keterampilan yang sangat dibutuhkan dan memiliki demand yang tinggi semenjak dunia marketing kini memperluas sayapnya, yakni tak hanya pasar offline tetapi juga pasar online. Keterampilan menulis, coding, serta pembuatan konten untuk kebutuhan digital marketing dapat bermanfaat bagi banyak orang serta bernilai ekonomi bagi individu yang mempelajari dan menjalankannya. Karena saat ini, bidang spesialisasi apapun membutuhkan digital marketer handal.
Perjalanan membangun personal monopoly setiap individu sangat menarik untuk dicermati. Misalnya, mengapa ada orang yang mengumpulkan followers dan selalu update status dengan kata-kata yang baik, rapi, dan sangat ditata atau ada pula orang-orang yang jarang curhat di media sosial? Tetapi, mengapa ada juga orang yang sangat authentic dan terang-terangan membagikan kehidupannya?
Terdapat banyak faktor, tetapi salah satunya, individu tersebut sedang membangun personal brand, jika seseorang yakin bahwa dirinya akan dikenal banyak orang dan kariernya berkembang pesat, pasti mereka akan sangat menjaga perkataannya, setiap status yang mereka update di media sosial, karena jejak digital itu jahat—apabila kita salah memposting, bisa menjadi masalah di kemudian hari dan akan mempengaruhi brand yang sedang kita bangun.
Selain itu, tentang individu yang giat mencari followers. Orang-orang seperti ini, mungkin akan sedikit terlihat eksentrik dan terkesan gila, tetapi memang itu adalah bagian dari usaha membangun brand. Hal tersebut mereka lakukan karena agensi tertentu memang ada yang mengharuskan para anggotanya untuk memenuhi syarat jumlah followers untuk bisa menjalankan project afiliasi atau endorsement bersama.
Nah, bagaimana dengan perilaku individu yang sangat terbuka dengan kehidupannya di media sosial? Setiap perilaku manusia tentu memiliki motif, dan apabila motifnya membangun brand. Berarti individu ini sedang melakukan teknik soft selling, atau berjualan secara halus tanpa terlihat seperti sedang berjualan. Dengan mereka mempertontonkan produk fashion, produk rumah tangga, produk bayi, produk elektronik yang mereka gunakan, diharapkan Anda sebagai penonton tertarik untuk membeli produk yang sama. Karena saat ini sudah banyak orang yang tergabung dalam affiliate marketing, karena menguntungkan dan proses aplikasinya juga cukup mudah.
Mengapa ada individu yang peduli untuk membangun personal brand?
Tujuan setiap individu yang paham tentang konsep personal monopoly adalah bagaimana caranya agar mereka memiliki brand, bukan memakmurkan brand orang lain selamanya. Jadi, sembari mempromosikan brand orang lain, mereka juga membangun brand mereka sendiri. Itulah mengapa mereka sangat cerdas menangkap peluang. Karena dengan perkembangan dunia digital yang begitu pesat, akan sangat merugi jika tidak dimanfaatkan. Di lain sisi, ada juga individu yang membangun personal brand karena semata-mata ingin berbagi manfaat dan ilmu dengan orang lain.
Personal brand memungkinkan Anda merekrut kompetitor
Begini, this is the era of attention. Jadi, musuh/kompetitor Anda dapat mendatangkan keuntungan juga—inilah kenapa individu yang membangun personal monopoly biasanya tidak peduli dengan pujian maupun cacian, mereka hanya akan fokus memproduksi serta membagikan hal-hal yang bernilai, authentic dan bermanfaat. Apabila ada orang yang tertarik dengan kehidupan Anda, bagikan cerita hidup Anda melalui sebuah laman media sosial atau website yang Anda rencanakan dengan baik. Kepedulian dan atensi mereka adalah awal keuntungan bagi Anda, karena semua orang yang tertarik melihat penampilan Anda di internet, sudah otomatis berkontribusi menambah trafik web atau laman media sosial Anda, dan hal ini akan mendatangkan keuntungan finansial bagi Anda, jika Anda mengetahui ilmunya.
Yuk, mulai manfaatkan media sosial untuk membangun brand milik Anda sendiri!
Mulai belajar social media branding bersama Gary Vaynerchuk
Kunjungi juga Linguistics Student Indonesia