Sebagai bagian dari generasi muda—khususnya generasi Z. Aku merasakan banyak perubahan besar terjadi dalam hidupku, khususnya dalam rentang waktu 2020-2021.
It's funny how day by day nothing changes. But when you look back, everything is different.
Hidup memang penuh kejutan, aku sempat berpikir bahwa tidak akan ada lagi peluang dan pola-pola baru dalam kehidupan ini. Tapi, ternyata setelah wabah pandemi datang, aku justru melihat ada banyak peluang baru bagi kita generasi muda untuk menciptakan perubahan ke arah yang lebih baik khususnya bagi bangsa ini—dimulai dari diri sendiri. Namun, untuk bisa terus optimis dan gesit meraih peluang dalam menciptakan perubahan, kita membutuhkan pola pikir (mindset) yang tepat, kemampuan mengandalkan diri sendiri (self-reliance) serta membangun pertahanan diri (resilience).
Rasa lelah dan cemas itu manusiawi, tetapi kalau keduanya muncul dalam waktu yang berkepanjangan, dan kamu mulai sering berpikir negatif, mungkin ada yang perlu kamu bicarakan dengan dirimu sendiri. Duduklah dan mulai jujur dengan perasaanmu. Banyak masalah yang bisa diselesaikan dengan jujur kepada dirimu sendiri.
Selama 2 tahun terakhir, kita semua telah melalui hari-hari yang berat. Apalagi sebagian generasi Z angkatan 1996 sampai 1999 mulai memasuki masa-masa quarter life crisis. Tapi, apapun yang terjadi, waktu terus bergulir, menuntut kita untuk bertahan dan melanjutkan peran kita masing-masing.
Aku ingin berbagi pengalamanku sebagai generasi Z dalam melewati masa-masa sulit dengan tekun mempelajari bahasa, psikologi, dan strategi sebagai basis membangun pertahanan diri (resilience), membentuk pola pikir (mindset) yang tepat, serta menumbuhkan kemampuan mengandalkan diri sendiri (self-reliance) agar kita—generasi muda—bisa menginvestasikan aset terbaik kita, yaitu waktu dan perhatian terhadap peningkatan kualitas diri dan berkontribusi dalam membangun bangsa Indonesia.
Bahasa
Bahasa tidak diciptakan, bahasa dilahirkan bersama manusia.
Aku tertarik pada sebuah fakta bahwa bahasa yang kita gunakan sehari-hari untuk berkomunikasi bukanlah ciptaan manusia, kecuali bahasa pemrograman.
Bahasa telah menjadi bagian dari diri kita sebagai manusia. Berbagai jenis keterampilan berbahasa telah kita asah sejak usia dini. Sebagian besar pekerjaan serta aktivitas manusia mustahil dilakukan tanpa bantuan dan perantara bahasa. Hal tersebut membuat bahasa menjadi salah satu sumber kekuatan bagi setiap individu dan menjadi salah satu aspek penting yang perlu dipelajari dalam kehidupan.
Berikut beberapa alasan mengapa bahasa adalah sumber kekuatan dalam pembentukan pola pikir (mindset) dan aspek penting dalam membangun pertahanan diri:
Psikologi
Sebelum memasuki tahun 2020, aku memiliki beberapa masalah terkait kecemasan serta perasaan hampa menyelimuti hatiku setiap hari. Aku hidup bersama perasaan-perasaan itu puluhan tahun lamanya, dan aku bersyukur, hari ini, semua perasaan itu telah selesai.
Awal tahun 2020, aku telah bangkit kembali dan fokus menciptakan perubahan, aku menjadi pribadi yang lebih optimis dan kepercayaan diriku kembali meroket. Yang paling penting, aku tak lagi merasakan kecemasan ataupun perasaan hampa itu lagi hingga detik ini.
Jadi, ada suatu hari aku membaca kutipan dari Benjamin Franklin, seorang penulis dan diplomat dari Amerika Serikat yang isinya:
Sebagian orang sudah meninggal di usia 25, kita hanya tidak menguburnya hingga mereka berusia 75.
Aku benar-benar masih muda, dan usiaku belum 25 tahun waktu itu, tetapi rasanya aku seperti sudah mati—karena tak memiliki gairah hidup. Pada saat itu, aku memutuskan ingin keluar dari kematian itu bagaimanapun caranya.
Pada saat itu, setiap kali aku sendirian, inilah yang kupikirkan:
Sejak kecil, aku menyimpan sebuah pertanyaan besar dalam benakku: Aku percaya Tuhan menjamin kehidupanku, aku memiliki keluarga yang suportif, memiliki banyak teman, dan menjalin hubungan baik dengan masyarakat sekitar. Aku memiliki akses kepada pendidikan, taraf ekonomi yang baik, teknologi, sandang, pangan, papan, tetapi aku merasa sendirian, aku merasa kosong dan hampa. Mengapa bahagia dan ketenangan tidak bertahan lama di dalam diriku? Kadang-kadang, aku merasa bahagia dan tenang saat bersama orang-orang yang menyayangiku, tetapi ketika aku sendirian mengapa semuanya sirna?
Beberapa orang akan memandangku seperti orang yang tidak bersyukur dengan kehidupanku, karena bagaimana mungkin seseorang tidak bahagia padahal dia memiliki segalanya yang dia butuhkan?
Namun, pendapat kurang bersyukur itu pada akhirnya dapat kukatakan sebagai pendapat orang awam. Karena meskipun aku sudah mengucap syukur, aku tetap saja merasa hampa. Menurut pendapatku, menyuruh orang bersyukur tanpa memberitahu caranya hanyalah omong kosong.
Karena jika dimaknai, bersyukur adalah hasil dan ada proses panjang dibalik ungkapan rasa syukur; untuk meraihnya tidak semudah mengingat nikmat yang kita punya lalu mengucapkan: aku bersyukur atas hidupku ini.
Proses panjang dibalik mengapa seseorang bisa bersyukur dapat berbeda-beda, tetapi untuk aku pribadi, pada akhirnya, aku menjadi mudah sekali bersyukur ketika aku telah berhasil menumbuhkan self-awareness dalam diriku melalui pendekatan spiritual, yakni mempelajari lebih banyak soal tauhid, serta memperbaiki self-image-ku.
Singkatnya, pertanyaanku tadi terbentuk karena aku menginginkan adanya ketenangan jiwa yang hakiki meskipun hidupku sedang sulit, itulah yang membuatku memilih ilmu jiwa sebagai pedoman awal. Entah bagaimana, aku yakin belajar psikologi bisa membantuku menemukan jawabannya.
Tentu saja, intuisiku benar, ada banyak metode-metode self-help dalam psikologi yang membuka jalanku untuk menemukan kebahagiaan dan ketenangan jiwa yang sejati.
Salah satunya adalah melalui meditasi sebagai teknik psikoterapi yang pada akhirnya masuk dalam rangkaian prosesku menemukan jawaban atas pertanyaan dan keinginanku itu.
Setelah banyak melakukan meditasi, sangat terasa bahwa kini aku menjadi lebih mindful dalam menjalani kehidupan. Lebih jelasnya, jika seseorang menumbuhkan self-awareness/mindfulness dalam dirinya, hal tersebut akan membantu seorang individu melihat dirinya secara objektif, caranya, yakni melalui refleksi dan introspeksi.
Melalui bantuan meditasi dan konsep self-awareness, aku mulai memahami siapa diriku, apa yang kuinginkan, apa tujuan dan nilai-nilai yang sesuai denganku, bagaimana caraku untuk meraihnya, dan ketika aku mengetahui semuanya, aku otomatis meraih ketenangan batin itu. Jadi, kesimpulannya, sebagian besar pertanyaan dalam diri kita akan terjawab apabila kita mulai menanyakannya kepada diri sendiri.
Self awareness theory is based on the idea that you are not your thoughts, but the entity observing your thoughts; you are thinker, separate and apart from your thoughts.
Dalam perjalananku, ada banyak buku psikologi yang kubaca, tetapi kemudian takdir mempertemukanku dengan sebuah buku yang menjawab pertanyaan besarku tadi, judulnya Beyond Mindfulness in Plain English yang ditulis oleh Henepola Gunaratana. Buku ini berisi tentang panduan bermeditasi, tetapi bagiku isinya menjelaskan mengapa seseorang bisa merasa hampa padahal ia memiliki segalanya, serta sebuah buku tentang self-image psychology yang berjudul Psycho-Cybernetics yang ditulis oleh Maxwell Maltz, MD seorang dokter bedah asal New York, United States.
Berkaca dari pengalamanku, mempelajari psikologi penting bagi kehidupan generasi muda. Berikut beberapa alasannya:
Strategi
Strategi adalah bagaimana suatu hal diselesaikan. Bukan hanya tentang apa yang kita lakukan. Strategi adalah pendekatan yang kita gunakan, bagaimana kita memposisikan diri. Menyusun strategi membutuhkan waktu, energi, dan pikiran. Dengan strategi kamu tidak langsung memfokuskan diri kepada tujuan, tetapi bagaimana kamu menyesuaikan segala elemen yang dibutuhkan untuk meraih tujuanmu seperti lingkungan, sistem, sumber daya, kerangka kerja, dan bahkan dirimu sendiri. Jadi, strategi bukanlah rencana. Jika kamu menyusun strategi dengan tepat, maka secara alami rencana akan menjadi jelas. Tanpa strategi, rencana hanyalah serangkaian prosedur tindakan yang linier.
Mempelajari strategi juga sangat dibutuhkan generasi muda agar lebih fleksibel dan memiliki prinsip yang kuat dalam memetakan rencana untuk menghadapi ancaman atau tantangan, berikut beberapa alasan lain mengapa strategi dibutuhkan dalam kehidupan kita: